Perenungan tentang hawa nafsu
Kejadiannya badan kita adalah dari 'Hawa Nafsu',
yakni ketika Adam dan Hawa memakan Buah Pohon
Terlarang, dalam hal ini tertarik untuk melakukan
persetubuhan.
Badan kita adalah 'tempat tertutup' yang memuat
'Air' ( Hidup ). Kebocoran 'Tempat tertutup' itu
mengakibatkan timbulnya Rasa Lapar dan haus.
Kebocoran itu, jika dibiarkan akan menyebabkan '
Panas ' yang bisa mengeluarkan 'Air '( Hidup ) dari
Lempung ( Air bercampur tanah ), sehingga
lempung kembali menjadi tanah yang kering ( Mati ),
dan 'Air' , dengan bantuan Energi / daya panas
Matahari menguap ke langit dan 'siap' turun kembali
sebagai hujan.
Yang mencari 'Air' ( Hidup ) itu adalah 'Hajar' yang
arti istilahnya 'Orang yang hijrah'. Oleh sebab itu,
jika ingin menemukan 'Air' hidup dan
menghidupkan, harus hijrah ( bergerak , berputar,
berubah ) dan tetap di dalam Hijrahnya, serta harus
'berjuang', karena dalam perubahan tersebut
memerlukan Daya / energi.
Bapak kita adalah langit ( Air ) dan Ibu kita adalah
bumi ( Tanah ), mereka menikah, yang mengikat
adalah ' Rasa ' ( Rasa kedirian ; keberadaan ; Rasa
'Aku' ), bentuknya adalah Muhammad ;
Mim ( ﻡ ) : Kepala.
Ha' ( ﺡ ) : Tangan.
Mim ( ﻡ ) : Badan.
Dal ( ﺩ ) : Kaki.
Medianya adalah Cahaya, karena jika tanpa media,
meskipun ada Bentuknya, namun tidak akan
nampak / terlihat ( terwujud )
Apabila kita ' memanaskan ' badan / jasmani kita
dengan cara ' menahan Hawa Nafsu ' ( Keinginan ),
maka 'tempat tertutup' kita akan 'Terbuka' dan
'tempat tertutup'itu akan berbadan sukma
( diselimuti hidup ).
Karena berbadan Sukma, mengheningkan Puja
Ghaib, yang dipuji memuji, yang dilihat melihat,
melakukan Inter komunikasi, gerak dan diam
menyatu….
'Panas' yang dihasilkan dari 'Menahan Hawa
Nafsu' ini, bisa membuka Tabir, Rahasia Besar yang
terkandung pada setiap awal / permulaan sesuatu,
semisal panasnya tubuh ayam betina ketika
mengerami telurnya. Yang semula berbentuk telur
( Rahasia ), kemudian menjelma menjadi seekor
anak ayam yang lengkap dengan piranti hidupnya
( Paruh, mata, kaki, dsb.. ).
Hidupnya 'Hawa Nafsu' ( Cangkok Ruh ), itu
seumpama Benalu yang hidup menumpang
( Parasit ; menumpang yang merugikan ) pada
sebuah pohon. Jika pohon yang ditumpanginya mati,
maka benalu itu belum tentu mati, karena sedikit
atau banyak, biji benalu tersebut akan
'Bergentayangan' mencari pohon-pohon yang lain,
dan tidak mustahil pohon yang menjadi 'sasaran'nya
itu, bukanlah dari jenisnya ( Bisa Jenis hewan,
tumbuhan, atau benda-benda ).
Sedangkan pohon yang ditumpangi benalu
tersebut, secara kodrati berkembang biak dengan
'Biji Hidup' ( Nur Muhammad ), yang tumbuh di
Bumi ( Badan ) melalui proses ' Jatuh ' atau ' Sujud '.
Biji benalu amat ringan, dan berkarakter mudah
tertiup angin ( atau bahkan seperti angin ), untuk
dapat mudah 'terbang' menuju pohon-pohon yang
akan dijadikan tumpangannya, yakni pohon-pohon
yang memiliki kecenderungan yang sama dengan
sifat-sifat benalu tersebut. Sehingga dapat dikatakan
bahwa Biji Benalu tersebut 'tidak sudi turun / sujud
kepada tanah / Adam' !!atau sering diistilahkan
dengan Iblis.
Powered by Telkomsel BlackBerry®
Tidak ada komentar:
Posting Komentar